BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru sebagai pendidik mempunyai tugas untuk merangsang, membina dan mengarahkan siswa dalam proses belajarnya. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai sumber informasi, yang kadang-kadang juga sebagai penyampai informasi serta sebagai evaluator untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa. Peran yang sedemikian kompleksnya itu menuntut guru untuk memahami bagaimana siswanya belajar, agar informasi yang mereka dapatkan bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama serta direproduksi secara cepat dan tepat apabila diperlukan.
Dalam kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru memikirkan bagaimana mengajar dengan baik, tetapi jarang yang memikirkan bagaimana agar siswa dapat belajar dengan baik. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik yang sifatnya pengetahuan ,sikap, ataupun keterampilan, sedangkan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Artinya seorang guru seyogianya mampu memberikan kemudahan belajar pada siswa guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebagai hasil belajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru terhadap siswa. Dilain pihak, proses belajar merupakan hal yang dialami siswa, sebagai suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang disiapkan atau diprogramkan guru. Dengan demikian, acara pembelajaran yang dapat berpengaruh pada proses belajar antara lain sangat ditentukan oleh guru. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada kegiatan belajar tersebut yaitu; bahan belajar, suasana belajar, media atau sumber belajar dan guru itu sendiri. Berdasarkan studi kasus yang terjadi di kelas VIII B SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor, dapat diidentifikasi permasalahan yang terkait dengan proses belajar mengajar, antara lain : (1) kurangnya peran guru dalam menciptakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar-mengajar, (2) Guru hanya menyampaikan materi atau sebagai nara sumber yang aktif, (3) siswa kurang diberi kesempatan dalam mengajukan gagasan dan penalarannya dalam pembelajaran, (4) siswa kurang motivasi dan cenderung bermain pada saat terjadi proses belajar-mengajar, (5) hasil belajar kurang baik, ketuntasan belajar klasikal hanya 59 %. Kejadian tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (1) dalam proses belajar-mengajar guru belum menerapkan secara maksimal berbagai pendekatan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) masih rendahnya motivasi belajar siswa, (3) kesempatan siswa untuk mengembangkan pikiran terbatasi, dan (4) penampilan dan cara penyampaian materi guru kurang menarik. Untuk mengatasi permasalahan diatas kiranya diperlukan upaya perbaikan proses pembelajaran yang lebih meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa dengan melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diharapkan dengan penerapan model ini dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar IPA yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup kualitas proses dan kualitas hasil belajar.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor?
2. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini dikembangkan skenario pembelajaran untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dengan pembentukan kelompok dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan topik dan karakteristik yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe STAD akan diterapkan melalui penelitian tindakan kelas dari Kurt Lewin (Dr. Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd, 2006) yang terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif teknik STAD akan meningkatkan kebermaknaan dan kreativitas siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini pengembangan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Implementasi pendekatan keterampilan dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua atau tiga siklus dengan tahapan-tahapan tiap siklus yang meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan skenario pembelajaran eksperimen, pemecahan masalah dan penguasaan materi dipecahkan bersama dalam kelompok siswa. Dengan demikian pembelajaran ini akan mengantar siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya dalam bernalar dan berfikir secara logika, guru tidak lagi menjadi pusat tetapi menjadi fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Dengan demikian, kualitas pembelajaran yang meliputi kualitas proses dan kualitas hasil belajar akan lebih meningkat.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VIII melalui Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas VIII dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Model pembalajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat berupa:
1. Dengan ditemukannya skenario model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat belajar.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guru tentang pelaksanaan kaji tindak dan sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Memberikan pengalaman kepada kepala sekolah dalam mengkaji permasalahan–permasalahan pembelajaran di sekolah.
5. Memungkinkan untuk diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
6. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Efektif Berbasis Pembelajaran Kontekstual Tipe STAD
Terdapat sejumlah model pembelajaran efektif berbasis kontekstual yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di SMP, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok Prestasi), Jigsaw (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation), think-pair and share, numbered head together, picture and picture, examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis tugas/proyek (project based learning), demonstration, role playing, pemodelan (modelling), dsb.
Belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar dari kegiatan tersebut diharapkan terjadi perubahan, baik perubahan dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan). Seseorang juga dikatakan belajar apabila setelah belajar memperoleh hal-hal yang baru (Bulletin Pabbiritta,2007:11)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan.
Dengan pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar atau kompetensi siswa didefinisikan sebagai produk, keterampilan, dan sikap yang tercermin di dalam perilaku sehari-hari. Produk mencakup serangkaian fakta, konsep, teori, hukum dan prinsip serta prosedur. Keterampilan terdiri dari keterampilan berfikir, keterampilan menggunakan alat (psikomotor), keterampilan sosial (keterampilan interpersonal), keterampilan proses (keterampilan melakukan penelitian, dan keterampilan menggunakan stratege belajar). Sikap mencakup budi pekerti, etika, dan ketakqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Nurkancana (dalam Ratmi, 2004) bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai”. Sedangkan Hadari Nawawi (1981) menyatakan bahwa: “hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
2.Ciri-ciri Hasil Belajar
Dalam buku terbitan Direktorat Pendidikan Dasar Depdikbud (1998:82) menyebutkan bahwa ciri-ciri hasil belajar adalah 1) adanya kemampuan siswa untuk mengingat kembali informasi atau materi yang telah dipelajari, 2) adanya kemampuan siswa yang nampak dalam keterampilan mengelompokkan, menyajikan dan menafsirkan data, 3) adanya kemampuan siswa untuk menghasilkan suatu nilai dari materi pelajaran berdasarkan kriteria nyata, jelas dan obyektif. Mencermati uraian tersebut maka ciri-ciri hasil belajar terwujud dalam ranah kognitif, afektif, psikomotor serta kreativitas pada diri secara wajar tanpa tekanan orang lain.
3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata (dalam Ratmi, 2004) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu 1) faktor dari dalam diri siswa meliputi bakat, minat, intelegensi, keadaan indera, kematangan, kesehatan jasmani, 2) faktor dari luar diri siswa meliputi fasilitas belajar, waktu belajar, media belajar, cara guru mengajar dan memotivasi.
C. Kompetensi Dasar Tekanan
Pada silabus IPA kelas VIII tertera Kompetensi Dasar 5.5 menyelidiki tekanan pada benda padat,cair dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada KD ini diharapkan siswa dapat: a) menemukan hubungan antara tekanan, gaya tekan dan luas penampang bidang tekan, b) mengaplikasikan bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari, c) mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimides melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, d) mengaplikasikan konsep tekanan pada gas dan hukum Boyle pada peristiwa alam yang relevan(dalam kehidupan sehari-hari).
Beberapa kegiatan yang dapat mengarahkan siswa dalam pencapaian tujuan diatas yaitu dengan melakukan percobaan, yang tentunya memerlukan alat dan bahan. Alat dan bahan yang akan dipergunakan sebagian dibuat sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru dengan memanfaatkan barang-barang bekas dan barang-barang lain yang mudah didapat serta beberapa alat/bahan yang sudah ada di laboratorium sekolah.
D. Kerangka Berfikir
Model Pembelajaran STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII tentang konsep tekanan. Alur Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melaksanakan perencanaan penelitian dengan berdiskusi dengan teman sejawat/guru IPA, membuat RPP, membuat LKS, menentukan observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama guru IPA, mengkonsultasikan ulang LKS, instrument observasi kepada pemandu. Langkah penelitian selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model STAD yang dipadu dengan metode demonstrasi. Demonstrasi ini dilaksanakan oleh Guru, siswa secara bergantian sedangkan siswa lainnya mengamati dan menuliskannya dalam lembar LKS. Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan penelitian dibuatlah refleksi tentang keberhasilan guru, kendala-kendala yang dihadapai, hal ini digunakan untuk menentukan langkah proses peningkatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Langkah-langkah di atas dilaksanakan hingga penelitian ini menunjukkan tanda keberhasilan seperti pada indikator keberhasilan.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian pada kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor pada konsep Tekanan Tahun Pelajaran 2009/2010”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor berada diatas bukit yang udaranya sejuk, jauh dari keramaian kota yang bising sehingga cocok untuk lingkungan belajar. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VIII. B. Jumlah siswanya adalah 32 siswa dengan perincian laki-laki 8 orang dan perempuan 24 orang.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor yang beralamat di Jln. Pasir sari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, khususnya siswa Kelas VIII.B Tahap persiapan penelitian ini dimulai Bulan Pebruari 2010, sedangkan waktu penelitian adalah dilaksanakan pada mulai Minggu I Bulan Maret hingga Minggu IV Maret 2010.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan :
- Mengidentifikasi factor-faktor hambatan pada pembelajaran IPA fisika dan
merumuskan alternative tindakan
- Menyusun RPP
- Menyusun Lembar Kerja Siswa
- Menyusun soal dan lembar observasi sebagai instrument
- menetapkan cara pelaksanaan refleksi
2. Tindakan:
Membentuk kelompok
Memberikan materi melalui demonstrasi dan ceramah
Setiap kelompok berdiskusi sampai seluruh anggotanya mengerti
Melaksanakan kuis pada setiap siswa
Memberikan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi
Membimbing siswa membuat kesimpulan sambil memperkuat konsep.
Memberikan tugas (PR) membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
3. Observasi dan Evaluasi (test) :
Dengan menggunakan soal (kuis) dan lembar observasi sebagai instrument penelitian pada setiap siklus.
Mengamati perilaku siswa terhadap penggunaan model belajar
Memantau demonstrasi yang dilakukan siswa
Mengamati proses transfer kelompok
Mengamati pemahaman masing-masing anak
4. Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh dianalisa pada setiap siklus. Hasil analisa data dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Refleksi dilakukan oleh pelaku tindakan bersama observer.Jika hasil refleksi siklus pertama belum sesuai dengan hasil belajar,maka akan diadakan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, jika hasil refleksi dari siklus pertama sudah sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, maka akan tetap dilaksanakan pembelajaran siklus berikutnya sebagai penguatan.
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama tapi didahului dengan perencanaan ulang untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada pembelajaran siklus pertama. Pada akhir siklus kedua diharapkan kemandirian siswa dalam belajar menjadi lebih tinggi dan peranan guru mengarah ke mediator dalam proses belajar mengajar.
D. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dari hasil lembar observasi terstruktur ,catatan anekdot,dan catatan harian peneliti di analisis dengan teknik deskriptif kualitatif, dengan melukiskan dan memaparkan secara detail varibael-variabel yang satu dengan variabel lainnya. Data yang terkumpul dari hasil tes dianalisis dengan membandingkan skor tes siklus 1 dan siklus 2. Data yang terkumpul dari hasil observasi pada siswa dianalisis secara deskriftif kualitatif untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kelemahan-kelemahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pendekatan model pembelajaran STAD.
E. Analisis Data
Mengacu kriteria ketuntasan belajar siswa dalam Kurikulum 2006 (KTSP), siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai KKM . Maka dalam penelitian ini, kriterianya adalah siswa dikatakan tuntas jika nilai hasil evaluasi (post tes)nya ≥ 60 dan seluruh siswa kelas VIII.B dikatakan tuntas bila rata-rata nilai hasil evaluasinya diatas 75% siswa telah mencapai ketuntasan.
F. Jadwal Penelitian
Tabel 1: Rencana jadwal kegiatan penelitian
No JENIS KEGIATAN Minggu ke
Februari Maret
1 Persiapan 3
Menyusun konsep pelaksanaan 3
Menyepakati jadwal dan tugas 3
Penyusunan Instrumen observasi, angket dan tes hasil belajar 4
2 Pelaksanaan 1
Menyiapkan kelas dan alat 1
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I 1
Analisis refleksi siklus I 1
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus 2 2
Analisis refleksi siklus 2 2
Analisis data hasil penelitian 2
3 Penulisan laporan penelitian 3
Seminar hasil penelitian 4
Penyerahan laporan penelitian 4
.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan mulai 2 Maret 2010 hingga 17 Maret 2010 (4 kali pertemuan). Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII.B SMPN 1 Nanggung Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2009/2010, maka data yang guru peneliti ambil adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Tes (Kuis) Materi Tekanan Pada Zat Padat , Tekanan Zat Cair (Hidrostatis) , Hukum Pascal dan Bejana Berhubungan pada Siklus I
Nomor Nama Siswa KKM Nilai Ket
Urt Induk
1 080907001 A. Dadan Mardiansyah 60 80 tuntas
2 080907117 Aas Aisyah 60 73 tuntas
3 080907038 Annisa 60 71 tuntas
4 080907040 Bagus Setiawan 60 88 tuntas
5 080907041 Dede Firdaus 60 87 tuntas
6 080907009 Dewi Astuti 60 77 tuntas
7 080907010 Dina Ulpah Devita 60 78 tuntas
8 080907045 Dita Astianti 60 65 tuntas
9 080907129 Dita Putri Lestari 60 54 belum
10 080907012 Eko Sulistiono 60 90 tuntas
11 080907049 Ferdian Gustiana 60 58 belum
12 080907091 Fitri Indah Maharani 60 59 belum
13 080907050 Fitri Yulianti 60 74 tuntas
14 080907139 Lia Amaliah 60 55 belum
15 080907054 Lidia Hastanti 60 90 tuntas
16 080907019 Melati Aprilliani 60 69 tuntas
17 080907021 Muhammad Candriawan 60 82 tuntas
18 080907024 Nia 60 55 belum
19 080907096 Nining Julaeha 60 59 belum
20 080907060 Nita Rosalina 60 53 belum
21 080907097 Novi Setiawati 60 40 belum
22 080907147 Nurwahidah 60 50 belum
23 080907104 Rizki Saputra 60 80 tuntas
24 080907107 Saeful Bohari 60 74 tuntas
25 080907067 Santi Suseno 60 85 tuntas
26 080907195 Siti Aryani 60 77 tuntas
27 080907109 Siti Indah Sari 60 56 belum
28 080907032 Siti Muhridini 60 78 tuntas
29 080907157 Sri Yuliani Anggraeni 60 73 tuntas
30 080907199 Teti Aryati 60 74 tuntas
31 080907070 Tiara Indah Lestari 60 48 belum
32 080907036 Yuni Aulia 60 90 tuntas
Jumlah Nilai Perolehan 2242
Rata-rata 70,06
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 90
Nilai di atas adalah rata-rata tiap siklus ( setiap siklus dua kali pertemuan )
Tabel 3
Hasil Tes (Kuis) Materi Hukum Boyle,Terapung, Melayang ,Tenggelam dan Tekanan Udara pada Siklus II
Nomor Nama Siswa KKM Nilai Ket
Urt Induk
1 080907001 A. Dadan Mardiansyah 60 83 tuntas
2 080907117 Aas Aisyah 60 73 tuntas
3 080907038 Annisa 60 78 tuntas
4 080907040 Bagus Setiawan 60 85 tuntas
5 080907041 Dede Firdaus 60 93 tuntas
6 080907009 Dewi Astuti 60 80 tuntas
7 080907010 Dina Ulpah Devita 60 68 tuntas
8 080907045 Dita Astianti 60 60 tuntas
9 080907129 Dita Putri Lestari 60 73 tuntas
10 080907012 Eko Sulistiono 60 88 tuntas
11 080907049 Ferdian Gustiana 60 58 belum
12 080907091 Fitri Indah Maharani 60 53 belum
13 080907050 Fitri Yulianti 60 88 tuntas
14 080907139 Lia Amaliah 60 70 tuntas
15 080907054 Lidia Hastanti 60 88 tuntas
16 080907019 Melati Aprilliani 60 75 tuntas
17 080907021 Muhammad Candriawan 60 90 tuntas
18 080907024 Nia 60 73 tuntas
19 080907096 Nining Julaeha 60 63 tuntas
20 080907060 Nita Rosalina 60 63 tuntas
21 080907097 Novi Setiawati 60 53 belum
22 080907147 Nurwahidah 60 65 tuntas
23 080907104 Rizki Saputra 60 83 tuntas
24 080907107 Saeful Bohari 60 83 tuntas
25 080907067 Santi Suseno 60 83 tuntas
26 080907195 Siti Aryani 60 75 tuntas
27 080907109 Siti Indah Sari 60 55 belum
28 080907032 Siti Muhridini 60 85 tuntas
29 080907157 Sri Yuliani Anggraeni 60 88 tuntas
30 080907199 Teti Aryati 60 65 tuntas
31 080907070 Tiara Indah Lestari 60 83 tuntas
32 080907036 Yuni Aulia 60 93 tuntas
Jumlah Nilai Perolehan 2413
Rata-rata 75,40
Nilai Terendah 53
Nilai Tertinggi 93
Nilai di atas adalah rata-rata tiap siklus ( setiap siklus dua kali pertemuan )
Data hasil nilai dari Tabel 1, ada 21 orang siswa yang mendapat nilai diatas KKM dinyatakan tuntas dan masih ada 11 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sehingga dinyatakan belum tuntas, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90 dan nilai terendahnya adalah 40. Rata-rata nilainya 70,06.
Dari hasil nilai dari Tabel 2, ada 27 orang siswa yang mendapat nilai diatas KKM, 1 orang siswa mencapai nilai KKM dan masih ada 4 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sehingga dinyatakan belum tuntas, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 dan nilai terendahnya adalah 53. Rata-rata nilainya 75,5.
Tabel 4. Pengukuran Pencapaian Keberhasilan siswa
Siklus Jumlah Siswa Siswa Yang mendapat nilai < KKM Siswa yang mencapai nilai KKM Siswa yang mendapat nilai > KKM Persentase (%) Siswa yang tuntas belajar
I 32 11 0 21 65,63
II 32 4 1 27 87,50
Data tersebut jika ditampilkan dalam bentuk grafik adalah sebagi berikut :
Gambar 1. Grafik Pencapaian KKM
Dari gambar grafik tersebut dapat terlihat adanya penurunan siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM dan kenaikan jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari KKM serta terjadi pula peningkatan siswa yang mencapai KKM.
B. Pembahasan
Siklus Pertama
Pada siklus pertama guru peneliti melakukan dua kali tatap muka dengan materi Tekanan pada zat padat, tekanan zat cair (hidrostatis), Hukum Pascal dan Bejana berhubungan. Pada siklus pertama peneliti melaksanakan tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (akting), tahap pengamatan (observating) dan refleksi serta perencanaan ulang untuk memperbaiki pada siklus kedua.
Perencanaan (planning)
Rencana tindakan pada siklus pertama ini adalah :
Sebelum melaksanakan pertemuan di kelas, guru peneliti melaksanakan berbagai langkah, yaitu :
1. Mengidentifikasi materi yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
2. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
3. Menentukan metode yang tepat : demonstrasi dan penggunaan alat peraga
4. Menyusun LKS tentang Tekanan pada zat padat dan tekanan hidrostatis.
Materi yang akan diajarkan pada pertemuan pertama siklus I ini adalah : Tekanan pada zat padat dan tekanan hidrostatis.
5. Guru menyampaikan tujuan dan prosedur tentang pembelajaran IPA dengan model STAD melalui LKS.
Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
*Motivasi & Apersepsi
Secara klasikal guru menyuruh siswa untuk menekankan ujung-ujung pulpennya pada tangan dan bertanya ujung mana yang terasa lebih sakit?
*Prasyarat Pengetahuan
Guru memberikan pertanyaan tentang gaya
*Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
*Guru membimbing siswa duduk secara berkelompok sambil membagikan LKS
*Melalui demonstrasi sederhana siswa mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
*Siswa menyimpulkan hasil demonstrasi dan menuliskan hasilnya pada LKS
*Guru memberi waktu kepada siswa untuk mempersiapkan kuis dengan membahas hasil demonstrasi yang dilakukan sebelumnya sampai seluruh anggotanya mengerti.
*Siswa diberi pertanyaan (kuis) dan dijawab secara individu, tidak boleh dibantu oleh temannya.
c. Kegiatan Penutup
*Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai rata-rata kuis tertinggi
*Guru memberi penguatan konsep sambil membimbing siswa merangkum.
*Guru memberi tugas (PR).membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan (acting)
Kegiatan belajar mengajar secara umum telah terlaksana dengan baik, tetapi belum maksimal. Siswa perwakilan dari masing-masing kelompok melakukan demonstrasi dibimbing oleh guru dan hal ini menjadikan siswa lebih aktif belajar, meskipun masih ada beberapa siswa ditiap kelompok yang belum sepenuhnya membantu saat mengisi LKS dan pada saat berdiskusi. Berdasarkan hasil penilaian kuis masih ada 7 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM hal ini menandakan masih cukup banyak siswa yang belum memahami materi tentang tekanan baik pada zat padat maupun zat cair dan dinyatakan belum tuntas, meskipun guru sudah membantu membimbing siswa yang belum mengerti pada saat diskusi kelompok.
Diakhir kegiatan siswa diberi tugas (PR) membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, dengan harapan pada saat kegiatan belajar nanti siswa telah memiliki gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih siap belajar.
Pengamatan (observating)
Pengamatan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh seorang guru teman sejawat sebagai observer. Dan dari hasil pengamatan observer didapatkan data sebagai berikut:
a. Guru peneliti telah memotivasi siswa pada kegiatan pendahuluan dan siswa sangat respon terhadap perintah dan pertanyaan guru, tetapi siswa tidak ada yang bertanya dengan masalah yang disajikan guru.
b. Siswa terlihat agak canggung dalam belajar karena merasa diawasi oleh orang asing yang tidak biasanya dilakukan pada saat belajar.
c. Penerapan metode demonstrasi dapat mempermudah siswa memahami apa yang dipelajari karena siswa langsung belajar dengan kejadian yang nyata dilihat dan dialami, sedangkan metode diskusi saat pembuatan kesimpulan akhir dapat meluruskan kesalahan dalam pengerjaan LKS. Siswa dapat langsung mengetahui kelemahan/kesalahan saat mereka mengerjakan LKS.
d. Guru telah terampil memanfaatkan dan memanipulasi media pembelajaran, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan baik dan lebih aktif.
e. Secara umum skenario pembelajaran berdasarkan RPP telah terlaksana.
f. Masih ada beberapa siswa di kelompok Hidrometer dan Altimeter yang terlihat kurang aktif pada saat diskusi.
g. Guru melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan (kuis), dan hasilnya masih belum maksimal. Secara klasikal siswa yang tuntas hanya 78,13 %.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan observer dan hasil analisa kuis diperoleh hal-hal sebagai berikut :
Keberhasilan Guru
a. Meskipun dengan peralatan sederhana, melalui model STAD, guru melakukan sebuah demonstrasi yang dapat memotivasi siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar.
b. Metode yang digunakan tepat meskipun belum maksimal dari segi pelaksanaan dan hasilnya.
Kendala yang dihadapi guru :
a. Kesulitan mempertahankan respon siswa terhadap kegiatan belajar, terutama kurang lebih 40 menit setelah pembelajaran berlangsung.
b. Pengawasan pada siswa saat mengerjakan LKS dan diskusi kurang maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah siswa cukup banyak yaitu 32 siswa.
c. Para siswa sering membuat kalimat yang terkadang tidak tepat saat memberi alasan pada jawaban.
d. Ada beberapa siswa yang tidak membawa buku paket IPA . Sehingga pada saat diskusi siswa sulit mencari informasi dan kesulitan dalam membuat generalisasi sebuah kesimpulan.
Pertemuan Kedua Siklus Pertama
Rencana perbaikan
Berdasarkan hasil pencapaian pembelajaran yang belum mencapai kriteria keberhasilan, maka pada pertemuan kedua siklus 1 akan dilakukan berbagai perbaikan. Materi pembelajaran selanjutnya adalah tentang Hukum Pascal dan Bejana Berhubungan. Berdasarkan berbagai kendala pada petemuan pertama, Guru peneliti mengambil langkah untuk membuat LKS yang berhubungan dengan Hukum Pascal dan Bejana Berhubungan. Alat dan bahan tetap menggunakan bahan-bahan yang dimiliki oleh sekolah serta alat dan bahan sederhana. Model STAD yang dipadu dengan demonstrasi di depan kelas dan diskusi akhir untuk membuat kesimpulan akan dilaksanakan pada pertemuan kedua.
Perencanaan (planning)
Rencana tindakan pada pertemuan kedua siklus pertama ini adalah :
1. Guru menyampaikan berbagai kekurangan yang terjadi pada pertemuan pertama, yakni tentang keberanian bertanya, keaktifan setiap anggota kelompoknya dalam berdiskusi.
2. Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran, prosedur kerja, membagikan LKS dan mempersilahkan siswa agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan, menyusun berbagai langkah percobaan secara berurutan dan menganalisanya secara tepat
3. Guru menunjukkan berbagai alat dan bahan dan rencana tindakan yang akan dilakukan
4. Guru mempersilahkan pada siswa untuk menuliskan hasil pengamatan hingga kesimpulannya dalam LKS.
5. Setiap kelompok siswa diberi kesempatan untuk membahas materi bersama anggotanya dalam rangka mempersiapkan kuis.
6. Jika perlu, Guru membantu kelompok siswa yang mengalami kesulitan.
7. Guru memberikan tugas di rumah untuk mencari informasi tentang penerapan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan (acting)
Semua rencana tindakan dapat terlaksana dengan baik. Siswa antusias saat mendengarkan berbagai kekurangan pada pertemuan pertama. Guru juga memberikan penghargaan pada siswa yang paling baik kinerjanya. . Hal ini sangat direspon aktif oleh para siswa dengan berupa tepuk tangan. Pada saat demonstrasi tentang Hukum Pascal dan bejana berhubungan diusahakan terlihat oleh semua siswa dengan cara membawanya ke meja kelompok msing-masing. Pada saat kuis, guru selalu berkeliling agar kesempatan siswa untuk bekerja sama peluangnya lebih kecil.
Pengamatan (observating)
Rekan guru peneliti mengamati hal-hal berikut ini dalam pembelajaran :
a. Adanya antusias dari para siswa saat mendengarkan hasil pekerjaan LKS yang terbaik
b. Penjelasan cara mengerjakan LKS berdasarkan contoh karya siswa dapat membuat siswa merespon dengan aktif.
c. Penerapan metode demonstrasi dan diskusi mempengaruhi keaktifan belajar siswa
d. Guru telah memperbaiki kelemahan-kelemahan pada pembelajaran pertemuan pertama.
e. Data hasil pencapaian nilai kuis belum ada peningkatan, masih tetap prosentase ketuntasan klasikalnya 78,13%.
f. Secara individu siswa yang tuntas terjadi pergantian.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan rekan guru peneliti dan hasil tes (kuis) siswa diperoleh hal-hal sebagai berikut : Rata-rata nilai hasil tes (kuis) dari dua kali pertemuan yaitu 70,06 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Masih ada 11 orang siswa yang hasil nilai tesnya kurang dari KKM dinyatakan belum tuntas dan 21 orang siswa telah melebihi KKM dinyatakan tuntas. Secara klasikal ketuntasan belajar baru mencapai 65,63 % sedangkan persentase ketuntasan belajar yang diharapkan adalah ≥ 75 %. Dengan demikian pada Siklus I ini secara klasikal kelas VIII.B hasil belajarnya dinyatakan belum tuntas. Namun dengan pembelajaran STAD ini terlihat siswa lebih aktif meskipun belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua.
Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua Siklus Kedua
Rencana perbaikan
Materi pembelajaran selanjutnya adalah tentang Hukum Archimides dan Tekanan Udara. Perbaikan yang akan dilaksanakan oleh Guru peneliti adalah lebih menekankan terhadap perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan menggunakan Model Pembelajaran STAD dan demonstrasi, guru peneliti akan lebih memfokuskan langkah percobaan dilaksanakan secara perlahan-lahan dan demonstrasi ini akan dilakukan ulang oleh para siswa secara bergantian. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih jelas dan paham urutan langkah demi langkah dalam mengobservasi dan membuat kesimpulan.
Perencanaan (planning)
Rencana tindakan pada pertemuan pertama dan kedua siklus kedua ini adalah :
1. Guru menyampaikan berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus pertama, yakni tentang keaktifan setiap anggota kelompok pada saat diskusi yang masih perlu ditingkatkan.
2. Guru menyarankan agar setiap siswa membawa alat tulis menulis yang lengkap pada saat pembelajaran sehingga tidak ada lagi siswa yang pinjam meminjam alat tulis sehingga mengganggu kegiatan belajar.
3. Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran, prosedur kerja, membagikan LKS dengan jumlah 2 set untuk setiap kelompoknya dan mempersilahkan siswa agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan, menyusun berbagai langkah percobaan secara berurutan dan menganalisanya secara tepat
4. Guru menunjukkan berbagai alat dan bahan dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
5. Guru mempersilahkan pada siswa untuk menuliskan hasil pengamatan hingga kesimpulannya dalam LKS
6. Guru mempersilahkan para siswa yang akan mencoba langkah demi langkah kegiatan demonstrasi secara bergantian
7. Setelah selesai melakukan demonstrasi, siswa diberi kesempatan untuk membahasnya sampai seluruh anggota kelompoknya mengerti.
8. Jika perlu, Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat kesimpulan
9. Guru memberikan kuis terhadap masing-masing siswa dan tidak boleh kerjasama.
10. Pada saat kuis, siswa pada setiap kelompok disebar ke kelompok lain agar tidak ada kesempatan untuk bekerja sama.
11. Selesai pertemuan pertama, Guru memberikan tugas di rumah untuk mencari informasi tentang penerapan hukum Archimides dalam kehidupan sehari-hari serta membaca materi tekanan udara yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan (acting)
Rencana1-11 berhasil dilaksanakan dengan baik, tetapi belum maksimal. Langkah ke 6 , siswa masih ragu-ragu untuk mendemonstrasikan ulang percobaan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil penilaian kuis terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yang pada siklus I nilai rata-ratanya 70,06 menjadi 75,40. Pada saat siswa mempresentasikan hasil kesimpulannya, mereka sudah mulai terbiasa. Hal ini didasarkan pada lancarnya para siswa menyampaikan pendapatnya. Keuntungan lain adalah keterampilan siswa pad siklus ke dua ini lebih meningkat, yakni keterampilan mereka tidak hanya berkomunikasi secara tertulis, tetapi mereka berkomunikasi secara lisanpun sudah mampu. Para siswa, meskipun hanya sebagian, sudah mulai berani melakukan sendiri demonstrasi secara mandiri.
Pemberian tugas dapat dilaksanakan dengan tepat waktu dan siswa telah mempunyai buku paket satu siswa satu. Pemberian tugas untuk mencari informasi tentang penerapan hukum Archimides dan Hukum Boyle telah dilaksanakan oleh masing-masing siswa.
Pengamatan (observating)
Guru peneliti mengamati hal-hal berikut ini dalam pembelajaran :
b. Guru peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sebelum kegiatan inti, menuliskan di papan tulis dan mencantumkannya dalam LKS. Hal ini semakin membantu mengarahkan para siswa terhadap materi pembelajaran akan diarahkan pada topik pembahasan.
c. Perwakilan siswa ( satu deret meja satu siswa) telah berhasil melaksanakan demonstrasi secara bergantian, sedangkan siswa lainnya tetap fokus mencatat urutan langkah yang dilaksanakan.
d. Penerapan metode demonstrasi untuk mengarahkan siswa melaksanakan keterampilannya dalam hal mengamati, membuat langkah percobaan dan membuat kesimpulan dapat diperkuat dengan demonstrasi secara bergantian oleh para siswa, sedangkan metode diskusi saat pembuatan kesimpulan akhir dapat meluruskan kesalahan dalam pengerjaan LKS.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan guru peneliti dan hasil analisa tes (kuis) diperoleh hal-hal sebagai berikut :
Keberhasilan Guru
a. Meskipun dengan peralatan sederhana, melalui model PembelajaranSTAD, guru melakukan sebuah demonstrasi yang dapat melatih keterampilan siswa untuk melakukan keterampilan dasar yakni sebuah pengamatan dengan indera penglihatan tentang terapung, melayang, dan tenggelam serta tekanan udara.
b. Demonstrasi secara bergantian dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah akan ketersediaan alat dan bahan yang minimalis. Keterampilan psikomotor dapat lebih ditingkatkan dengan demonstrasi secara bergantian daripada hanya mengamati dan menuliskannya dalam LKS
c. Metode yang digunakan tepat meskipun belum maksimal karena belum semua siswa dapat terlibat melaksanakan keterampilan psikomotor secara langsung.
d. Secara keseluruhan siswa kelasVIII.B ketuntasan belajarnya telah mencapai 87,50 % (dari 32 siswa, yang tuntas telah mencapai 28 siswa). Jika dilihat dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan ≥75%, maka pada siklus II ini dianggap telah tuntas.
Berdasarkan hasil pengamatan dari dua siklus yang telah guru peneliti laksanakan, Model STAD yang dipadu dengan demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas VIII.B dan juga meningkatkan hasil belajarnya.Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I 70,06 dan pada siklus II 75,40 , berarti ada peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,35. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I ada 21 orang sedangkan pada siklus II ada 28 orang berarti ada peningkatan sebanyak 7 orang ( 21,87 %). Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah siswa dikatakan tuntas jika nilai post tesnya (kuis) telah mencapai KKM yaitu 60 dan seluruh siswa kelas VIII.B dikatakan tuntas bila jumlah siswa yang telah mencapai atau melebihi KKM ≥ 75%. Dari data hasil tes pada siklus I siswa yang mencapai atau melebihi KKM sebesar 65,63% (belum tuntas) sedangkan pada siklus II siswa yang telah mencapai atau melebihi KKM sebesar 87,50% sehingga terjadi peningkatan sebesar 21,87%.Dengan demikian pembelajaran secara klasikal dinyatakan tuntas, meskipun secara individu masih ada 4 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang kami lakukan ternyata penyampaian proses pembelajaran dengan menggunakan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari prosentase siswa yang mencapai/melebihi KKM pada siklus I 65,63 % sedangkan pada siklus II 87,50 % sehingga peningkatannya sebesar 21,87 %
2. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD, siswa termotivasi dalam belajar IPA, hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam belajar.
B. Saran
1. Semua guru IPA di SMP Negeri 1 Nanggung diharapkan dapat melakukan kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan Model STAD
2. Untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran diupayakan semua siswa terlibat aktif.
3. Guru dalam memberikan proses pembelajaran diupayakan dapat menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: STKIP Press, 2006
Arikunto S, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta: Depdikbud, 1993
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi.Depdikbud, 1994
Muslich M, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Nurkancana, Wayan dan Suhartana, Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya: Usaha Nasional, 1992
Slavin, RE, Cooperative Learning. (Second Edition), Massachussetts: Allyn and Bacon Publishers, 1995
Ratmi, Ni Wayan, ”Implementasi Metode Demonstrasi dan Beberapa Media Belajar Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas III Semester II Tahun Pelajaran 2003/2004 di Sekolah Dasar Nomor 13 Sesatan Kecamatan Denpasar Selatan”, Skripsi: IKIP Negeri Singaraja, 2004. (tidak diterbitkan)
Wasis, Sugeng Yuli Irianto, Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII, Bandung: Depdiknas, 2008
wah bagus ptk-nya pak Ishak... :)
BalasHapusuntuk kelas lain apakah model STAD bisa berjalan dengan baik pak Ishak?? bagaimana jika komposisi siswanya tidak seimbang dalam artian jenis kelaminnya, sebagai contoh rasio perbandingan siswa putra dan putri 1 : 3?
BalasHapustrimakasih atas komentarnya,mohon kritikannya biar saya tau kekurangan dan kelemahan saya dalam menulis.model stad dapat dilaksanakan dikelas lain dengan perbandingan siswa putra putri yang berbeda.pengaturan siswa pada setiap kelompok tidak usah dilihat dari jenis kelaminnya tapi dari kemampuannya yang berimbang.
BalasHapus