Selasa, 19 April 2011

Permasalahan Kegiatan Belajar Mengajar

PERMASALAHAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Masuk kelas sepertinya tidak ada persiapan untuk proses pembelajaran. Guru tidak siap dengan apa yang akan dilakukan didalam kelas agar siswa dapat belajar, hanya berbekal kemauan dan penguasaan materi tanpa perencanaan strategi apa yang akan dilakukan. Memang materi yang akan disampaikan sudah begitu faham, sebab materi itu telah berulang kali disampaikan kepada siswa dari kelas ke kelas setiap hari dari tahun ke tahun. Anggap saja sudah ada dimemori otak bahkan ada orang berkata sudah diluar kepala. Begitu juga dengan siswanya, sepertinya tidak siap mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari pertama masuk kelas yang terkadang masih banyak yang kesiangan sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan dari awal. Banyak siswa yang tidak langsung buka buku setelah berada ditempat duduk malah ngobrol sambil bermain-main dengan temannya. Pada kegiatan pendahuluan banyak siswa yang tidak memperhatikan guru menyampaikan motivasi berupa pertanyaan-pertanyaan sekitar materi yang akan dipelajari atau menyampaikan tujuan pembelajaran. Banyak siswa yang tidak memiliki buku sumber, sehingga tidak pernah membaca materi yang akan dipelajari. Yang memiliki buku sumberpun jarang belajar dalam hal ini membaca buku sumber dirumahnya.
Pada saat kegiatan inti, guru kebanyakan hanya menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah yang diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang jarang dijawab oleh siswa, sehingga terkadang guru menjadi kesal seolah-olah tidak ada perhatian dari siswa dan akhirnya pertanyaan dijawab kembali oleh guru. Padahal memang seharusnya guru sadar bahwa pada saat guru menerangkan(mengajar) sebenarnya banyak siswa yang tidak belajar tapi hanya pura-pura belajar sedangkan pikirannya melayang entah kemana. Bahkan beberapa siswa dengan terang-terangan malah ngobrol dan bermain-main dan siswa tersebut akan diam pura-pura mendengarkan jika telah ada teguran. Kalau sudah seperti itu kejadiannya guru menjadi tidak semangat mengajar lalu proses belajar mengajar menjadi tidak sesuai dengan harapan, dan waktu pembelajaran yang hanya 2 x 40 menit menjadi terasa lama. Kemungkinan besar siswapun ingin pembelajaran cepat selesai karena kegiatan pembelajaran seakan tidak berarti bahkan menyiksa diri. Sebenarnya hampir semua guru merasakan hal ini dan menyadari bahwa semua itu tidak menjadikan proses belajar mengajar dikatakan baik dan berhasil, tapi untuk melakukan perbaikan pembelajaran dirasakan sangat sulit.
Mengapa guru tidak melakukan inovatif dalam pembelajaran dengan melakukan pembelajaran kooperatif yang banyak modelnya seperti STAD, NHT, Jigsaw dan lain-lain, sehingga siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Peran guru tidak lagi hanya menyampaikan materi pelajaran, tapi membuat strategi bagaimana siswa dapat belajar sehingga pengetahuan tidak hanya didapat dari apa yang disampaikan guru tetapi dibangun oleh siswa sendiri dari apa yang dialami ( pengalaman )sehari-hari. Keaktifan siswa dalam belajar biasanya akan membawa dampak positif pada hasil belajar baik yang berupa kognitif, afektif maupun psikomotorik. Namun mengapa guru tidak melakukan hal itu? Ada beberapa kemungkinan yang menjadi kendala atau hambatan mengapa guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif, diantaranya: (1) kurangnya pengetahuan tentang model-model pembelajaran kooperatif, (2) pembelajaran kooperatif membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti buku sumber, alat peraga, charta, multi media dan lain-lain, (3) biaya penggandaan lembar kerja siswa yang cukup besar pada setiap kegiatan.
Untuk mengatasi kendala atau hambatan tersebut tentunya diperlukan beberapa hal yang menyangkut kegiatan pembelajaran kooperatif diantaranya:
1. Semua guru diharuskan mengetahui dan memahami model-model pembelajaran kooperatif dengan mengikuti kegiatan diklat atau MGMP serta mensosialisasikan dalam kegiatan open class.
2. Sekolah menyediakan sarana prasarana untuk kegiatan pembelajaran kooperatif terutama buku sumber yang harus satu orang siswa satu buku sehingga buku bisa dibawa kerumah dan dipelajari (dibaca) dirumah sebelum dibahas pada kegiatan pembelajaran disekolah.
3. Guru dimotivasi untuk membuat lembar kerja siswa pada setiap kegiatan pembelajaran serta dibiayai oleh sekolah untuk menggandakannya dan diberi reward untuk yang melakukannya.

Selasa, 12 April 2011

Sistem Pencernaan Manusia

Wacana
SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA

Sistem pencernaan makanan manusia terdiri atas system pencernaan mekanik dan kimiawi. Sistem pencernaan mekanik dilakukan oleh saluran pencernaan yang meliputi rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, sedangkan system pencernaan kimiawi dilakukan oleh kelenjar pencernaan yang terdiri dari kelenjar ludah, kelenjar lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas dan kelenjar usus. Didalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang melakukan pencernaan secara mekanik dengan cara mengunyah sehingga menjadi lembut.Selain itu didalam rongga mulut terdapat kelenjar ludah yang mengandung enzim ptyalin bekerja secara kimiawi. Setelah dicerna oleh mulut kemudian makanan melalui kerongkongan dimasukkan kedalam lambung yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pylorus. Makanan dicerna secara mekanik dengan cara diremas-remas dengan gerakan peristaltic. Pada lambung terdapat kelenjar lambung yang melakukan pencernaan kimiawi dengan menghasilkan enzim pepsin, renin dan asam klorida. Setelah makanan halus kemudian disalurkan ke usus halus. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Pada duodenum bermuara dua saluran yang berasal dari kelenjar empedu dan kelenjar pancreas. Kelenjar empedu mengeluarkan cairan empedu (bilus) yang dihasilkan oleh hati. Sedangkan kelenjar pancreas menghasilkan enzim amylase, tripsin dan lipase. Sisa makanan yang tidak dapat diserap oleh dinding usus halus selanjutnya masuk kedalam usus besar. Usus besar terdiri dari usus tebal(kolon) dan poros usus (rectum). Fungsi utama dari usus tebal yaitu untuk mengatur kadar air sisa makanan. Dalam usus tebal terdapat banyak bakteri pembusuk yang bekerja membusukkan sisa makanan, diantaranya bakteri Escherichia coli. Setelah membusuk menjadi feses, sisa makanan kemudian masuk kedalam poros usus dan bermuara pada anus.

Selasa, 05 April 2011

Proposal PTK IPA kelas VII

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam pembelajaran. Proses belajar bertolak kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan proses mengajar bertolak pada apa yang dilakukan oleh guru. Dua proses tersebut menciptakan hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas.
Untuk mencapai keberhasilan interaksi antara guru dengan siswa, tergantung pada proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar. Ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru dan siswa. Pertama yaitu komunikasi yang langsung satu arah, komunikasi ini menempatkan guru sebagai pihak aktif dan siswa sebagai pihak pasif. Ke dua yaitu komunikasi dua arah, komunikasi ini menempatkan guru dan siswa sebagai pihak aktif sekaligus sebagai pihak pasif. Pola yang terakhir adalah komunikasi banyak arah, yang menciptakan komunikasi antara guru dengan siswa, juga antara siswa dengan siswa. Dari ketiga proses interaksi tersebut yang paling banyak dilakukan adalah komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah, padahal yang terbaik adalah komunikasi banyak arah.
Berdasarkan studi kasus yang terjadi di kelas VII.D SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor, dapat diidentifikasi permasalahan yang terkait dengan proses belajar mengajar, antara lain : (1) Guru sebagai narasumber yang aktif, sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru (pasif), (2) Siswa kurang termotivasi dan cenderung bermain-main pada proses pembelajaran berlangsung, (3) kurangnya peran guru dalam menciptakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, dan (4) hasil belajar kurang baik, ketuntasan belajar klasikal hanya 51 %.
Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan proses belajar mengajar dengan menggunakan alternatif kegiatan pembelajaran kooperatif yaitu dengan model pembelajaran number head together (NHT). Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab. Dengan model pembelajaran number head together diharapkan siswa lebih aktif belajar, menyenangkan, sehingga hasil yang diharapkan dari proses kegiatan belajar mengajar dapat meningkat.

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor?
1.2.2 Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini dikembangkan skenario pembelajaran untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dengan pembentukan kelompok dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan topik dan karakteristik yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe NHT akan diterapkan melalui penelitian tindakan kelas dari Kurt Lewin (Dr. Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd, 2006) yang terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Spencer Kagan mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif teknik NHT akan meningkatkan kebermaknaan dan kreativitas siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini pengembangan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe NHT. Implementasi pendekatan keterampilan dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua atau tiga siklus dengan tahapan-tahapan tiap siklus yang meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan skenario pembelajaran diskusi, pemecahan masalah dan penguasaan materi dipecahkan bersama dalam kelompok siswa. Dengan demikian pembelajaran ini akan mengantar siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya dalam bernalar dan berfikir secara logika, guru tidak lagi menjadi pusat tetapi menjadi fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Dengan demikian, kualitas pembelajaran yang meliputi kualitas proses dan kualitas hasil belajar akan lebih meningkat.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VII.D melalui Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
3. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas VII.D dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Model pembalajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPA.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat berupa:
1. Dengan ditemukannya skenario model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat belajar.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membantu siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guru tentang pelaksanaan kaji tindak dan sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Memberikan pengalaman kepada kepala sekolah dalam mengkaji permasalahan–permasalahan pembelajaran di sekolah.
5. Memungkinkan untuk diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
6. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. ( Nana Sudjana 2005)
Menurut Woordworth (dalam Daryanto 2007), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. (Winkel dalam Nana Sudjana 2005).
Dalam ranah kognitif , hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan tersebut ialah, (1) Pengetahuan atau ingatan, (2) Pemahaman,(3) Penerapan, (4) Sintesis, (5) Analisis dan (6) Evaluasi.
Adapun ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Peniruan (menirukan gerak), 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Sedangkan ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), 2) Merespon (aktif berpartisipasi), 3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), 4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Menurut Nurkancana bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai”. Sedangkan Daryanto menyatakan bahwa: “hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

2.3 Kompetensi Dasar Keanekaragaman Makhluk Hidup
Pada silabus IPA kelas VII tertera Standar Kompetensi 6 memahami keanekaragaman makhluk hidup. Pada SK ini diharapkan siswa dapat: a) mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, b) mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, c) mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai tingkat sel sampai organisme.
Beberapa kegiatan yang dapat mengarahkan siswa dalam pencapai tujuan diatas yaitu dengan melakukan pengamatan dan diskusi kelompok, didukung dengan buku sumber yang harus dimiliki oleh setiap siswa serta media lainnya yang ada di sekolah.
2.4 Kerangka Berfikir
Model Pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.D tentang konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup. Alur Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melaksanakan perencanaan penelitian dengan berdiskusi dengan teman sejawat/guru IPA, membuat RPP, membuat LKS, menentukan observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama guru IPA, mengkonsultasikan ulang LKS, instrument observasi kepada pemandu. Langkah penelitian selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model NHT yang dipadu dengan metode pengamatan dan diskusi. Pengamatan dan diskusi dilakukan oleh siswa secara kelompok dipandu dengan LKS yang telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan penelitian dibuatlah refleksi tentang keberhasilan guru, kendala-kendala yang dihadapai, hal ini digunakan untuk menentukan langkah proses peningkatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Langkah-langkah di atas dilaksanakan hingga penelitian ini menunjukkan tanda keberhasilan seperti pada indikator keberhasilan.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian pada kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor pada konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup”.














BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor berada diatas bukit yang udaranya sejuk, jauh dari keramaian kota yang bising sehingga cocok untuk lingkungan belajar. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII D. Jumlah siswanya adalah 37 siswa dengan perincian laki-laki 23 orang dan perempuan 14 orang.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di SMP Negeri 1 Nanggung Kabupaten Bogor yang beralamat di Jln. Pasir sari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, khususnya siswa Kelas VII D .Tahap persiapan penelitian ini dimulai Bulan Pebruari 2011, sedangkan waktu penelitian adalah dilaksanakan pada mulai Minggu IV Bulan Februari hingga Minggu I Maret 2011, sedangkan tahap pelaporan sampai Minggu ke III bulan Maret.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan :
* Mengidentrifikasi faktor-faktor hambatan pada pembelajaran IPA biologi dan merumuskan alternatif tindakan.
* Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
* Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
* Menyusun soal dan lembar observasi sebagai instrumen
* Menetapkan cara pelaksanaan refleksi
3.3.2 Pelaksanaan:
 Membentuk kelompok
 Membagikan LKS dan menjelaskan cara pengisiannya
 Setiap kelompok berdiskusi sampai seluruh anggotanya mengerti
 Memanggil nomor anggota untuk memberikan jawaban
 Memberikan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi
 Membimbing siswa membuat kesimpulan sambil memperkuat konsep.
 Memberikan tugas (PR) membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

3.3.3 Observasi dan Evaluasi (test)
Dengan menggunakan soal (kuis) dan lembar observasi sebagai instrument penelitian pada setiap siklus.
 Mengamati perilaku siswa terhadap penggunaan model belajar
 Memantau diskusi siswa dalam pengisian LKS
 Mengamati proses transfer kelompok
 Mengamati pemahaman masing-masing anak

3.3.4 Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh dianalisa pada setiap siklus. Hasil analisa data dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Refleksi dilakukan oleh pelaku tindakan bersama observer. Jika hasil refleksi siklus pertama belum sesuai dengan hasil belajar, maka akan diadakan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, jika hasil refleksi dari siklus pertama sudah sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, maka akan tetap dilaksanakan pembelajaran siklus berikutnya sebagai penguatan.
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama tapi didahului dengan perencanaan ulang untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada pembelajaran siklus pertama. Pada akhir siklus kedua diharapkan kemandirian siswa dalam belajar menjadi lebih tinggi dan peranan guru mengarah ke mediator dalam proses belajar mengajar.
3.4 Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dari hasil lembar observasi terstruktur ,catatan anekdot,dan catatan harian peneliti di analisis dengan teknik deskriptif kualitatif, dengan melukiskan dan memaparkan secara detail varibael-variabel yang satu dengan variabel lainnya. Data yang terkumpul dari hasil tes dianalisis dengan membandingkan nilai rerata hasil tes akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Data yang terkumpul dari hasil observasi pada siswa dianalisis secara deskriftif kualitatif untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kelemahan-kelemahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pendekatan model pembelajaran NHT.
3.5 Indikator Keberhasilan Tindakan
Mengacu kriteria ketuntasan belajar siswa dalam Kurikulum 2006 (KTSP), siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai KKM . Maka dalam penelitian ini, kriterianya adalah siswa dikatakan tuntas jika nilai hasil evaluasi (post tes)nya ≥ 60 dan seluruh siswa kelas VII.D dikatakan tuntas bila rata-rata nilai hasil evaluasinya diatas 75% siswa telah mencapai ketuntasan.

3.6 Jadwal Penelitian
Tabel 1: Rencana jadwal kegiatan penelitian
No JENIS KEGIATAN Minggu ke
1 Persiapan Februari Maret
Menyusun konsep pelaksanaan 2
Menyepakati jadwal dan tugas 2
Penyusunan Instrumen observasi, angket dan tes hasil belajar 3
2 Pelaksanaan 4
Menyiapkan kelas dan alat 4
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I 4
Analisis refleksi siklus I 4
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus 2 1
Analisis refleksi siklus 2 1
Analisis data hasil penelitian 1
3 Penulisan laporan penelitian 2
Seminar hasil penelitian 3
Penyerahan laporan penelitian 3